KOMPOS

Pembakaran sampah menjadi penyumbang terjadinya perubahan iklim secara tidak langsung. Sampah plastik yang baru munking bisa hancur setelah 1000 tahun membuka mata kita, betapa barang itu mengandung bahaya potensial. Apa jadinya bumi ini bila plastik masih terus dikonsumsi dan mendominasi segala macam kebutuhan hidup manusia. Disekitar kita pasti berjuta sampah plastik yang di buang.

Banyak kampanye dan publikasi yang menginformasikan betapa pentingnya ozone bagi bumi. Sebagai pelindung bumi terhadap sinar ultraviolet, ozone harus terus dijaga. Namun polusi yang terjadi di bumi terus mempertipis lapisan ozone.

Pada dasarnya kita semua adalah penghasil sampah. Kita pasti akan pusing sendiri bila tahu jumlah sampah yang anda hasilkan selama sehari, seminggu, sebulan, setahun. Daripada sampah-sampah itu dibakar, kenapa tidak didaur ulang saja menjadi kompos. Tidak perlu teknologi dan peralatan canggih tetapi membantu melestarikan lingkungan. Untuk mengubah sampah menjadi kompos, cukup menjalankan langkah-langkah sederhana.


Kompos
merupakan produk ramah lingkungan. Kompos itu hasil penguraian sampah organik yang akan dengan mudah diproses dan diserap bumi. Dengan penanganan yang benar, sampah organik kita bisa menjadi kompos dalam waktu enam minggu. Bandingkan bila sampah itu didiamkan saja dan alam yang memproses, diperlukan waktu enam bulan, baru sampah itu menjadi kompos. Jadi kita akan menghemat waktu hampir lima bulan bila mau bercapek-capek sedikit mengolahnya.

Pertama, yang perlu diketahui adalah bahan baku utama membuat kompos, yaitu sampah itu sendiri. Ada dua jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Kita harus memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Yang termasuk sampah organik dan bisa dijadikan bahan kompos adalah sampah coklat (daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, jerami, kulit jagung, kertas yang tidak mengkilat, tangkai sayuran) dan sampah hijau (sayuran, buah-buahan, potongan rumput segar, daun segar, sampah dapur, ampas teh/kopi, kulit telur, pupuk kandang). Sedangkan yang masuk kelompok sampah anorganik adalah plastik, stereoform, kertas (mengkilat), logam, dan kaca.

Selain itu ada bahan-bahan yang sebaiknya tidak dibuat kompos yaitu:

  1. Daging, ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak/minyak, ampas kelapa, sisa sayuran yang bersantan (menyebabkan munculnya belatung).
  2. Kotoran anjing & kucing (kemungkinan membawa penyakit).
  3. Tanaman yang berhama (hama dan bijinya masih terkandung dalam kompos jadi).
  4. Ranting, dahan, dan batang kayu yang tidak mudah hancur dalam kompos (mengundang rayap).

Kedua, starter yang digunakan untuk mengurai sampah menjadi kompos. Di toko pertanian sebenarnya dijual starter siap pakai seperti EM4 (effective microorganism 4), tapi barangkali anda akan lebih puas jika bisa membuat sendiri agar lebih hemat. Starter yang dijual di toko harganya berkisar Rp.15.000. Tetapi bila membuatnya sendiri tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.

Starter buatan sendiri ini biasa disebut dengan MOL (mikro organisme lokal). Bahan yang digunakan untuk membuatnya bisa bermacam-macam, tergantung selera, kebutuhan dan ketersediaan bahan di lingkungan. Kita bisa membuat MOL dari nasi, yang baru maupun basi,bisa juga dari yang lain misalnya susu segar,terasi,jamur pada batang pohon,isi usus dan masih banyak yang lain.

Langkah-langkah membuat MOL yang merupakan starter dalam pengomposan:

  1. Nasi (baru maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola ping-pong sebanyak 4 buah.
  2. Diamkan selama tiga hari sampai keluar jamur yang berwarna kuning, jingga, dan abu-abu.
  3. Bola nasi jamuran kemudian dimasukkan ke dalam botol/wadah plastik.
  4. Tuang air satu gayung yang sudah dicampur gula sebanyak empat sendok makan ke dalam botol/wadah yang berisi nasi jamuran.
  5. Diamkan selama satu minggu. Campuran nasi dan air gula tersebut akan berbau asem seperti tape/peuyeum.
  6. Untuk membuat aroma buah tambahkan saja kulit buah(aku biasa pakai jeruk)
  7. MOL sudah bisa digunakan sebagai starter untuk membuat kompos dengan dicampur air. Perbandingan MOL dengan air sebesar 1:5.

Ketiga, wadah untuk memproses sampah menjadi kompos. Wadah ini biasa disebut dengan komposter. Macam-macam jenisnya, ada yang terbuat dari batako, gentong plastik, bisa juga di diemin tapi ditutup terpal , bahkan bila mau bisa beli jadi yang harganya sampai ratusan ribu. Tetapi, kita bisa menggunakan bahan yang mudah didapat. Kita gunakan karung sebagai tempat membuat kompos.


Keempat
, sampah coklat kaya kandungan karbon (C) yang merupakan sumber energi makanan untuk mikroba. Sampah hijau mengandung nitrogen (N) yang diperlukan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak. Sampah organik secara alami akan mengalami penguraian oleh ratusan jenis mikroba, enzim, jamur, dan binatang tanah. Proses penguraian memerlukan suhu tertentu, kelembaban, dan oksigen (udara segar).

Setelah semua hal di atas telah mengerti, sekarang waktunya melakukan tahap-tahap pengomposan. Kita gunakan karung sebagai wadahnya.

  • Langkah 1:

Potong/cacah dengan ukuran 2 s/d 3 cm(makin kecil makin cepet prosesnya) sampah organik yang akan dibuat kompos.

  • Langkah 2:

Campur sampah coklat dan sampah hijau dengan perbandingan 1:2. Jika terlalu banyak sampah coklat, pengomposan akan memakan waktu lama.

  • Langkah 3:
    Ratakan sampah yang akan dibuat kompos sebelum dicampur dengan MOL.
  • Langkah 4:
    Sirami permukaan sampah secara merata dengan MOL.
  • Langkah 5:
    Aduk agar MOL tercampur merata. Siram kembali dengan MOL sampai sampah terlihat basah kemudian aduk kembali.
  • Langkah 6:
    Masukkan sampah ke dalam karung, setelah diangin-anginkan sebentar. Kemudian karung diikat agar tidak diacak-acak kucing, anjing, atau ayam.
  • Langkah 7:
    Karung ditusuk-tusuk dengan obeng atau alat lainnya secara merata agar oksigen (udara segar) bisa masuk.
  • Langkah 8:
    Simpan di tempat yang tidak kehujanan dan tidak terkena sinar matahari langsung.
  • Langkah 9:
    Seminggu sekali Langkah 3 s/d 8 diulang kembali. Dalam waktu enam minggu kompos sudah jadi dan siap digunakan.

Catatan:

  • Minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja, terasa hangat bila dipegang.
  • Minggu ke-3 dan ke-4 suhu mulai menurun
  • Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal seperti suhu tanah, kompos sudah jadi/matang.
  • Kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitam-hitaman dan baunya seperti tanah.
  • Kompos bisa disimpan di dalam karung sebelum digunakan.

di tulis dari berbagai sumber dan pengalaman